Instansi dan Kolusi...sebuah fenomena kah...???

Saya hanya bisa bilang dalam hati "dasar babi loe...!!!", dan hati saya selalu bergumam "Gua lebih respek ama monyet ketimbang loe...!!!". Saya bukanlah orang yang baik, dan saya tidak sok baik...namun saya gerah selalu dihadapkan dengan hal-hal yang berbau kolusi. Kolusi memang benar-benar menjadi sebuah budaya, Instansi dan kolusi menjadi satu paket yang tak terpisahkan. Baru saja saya mengalami perlakuan demikian, segala penilaian materi selalu menjadi first priority ketimbang kualitas kerja. Hanya sekedar mendapatkan coretan tandatangan dari hasil kerja kita yang sangat wajar, kita malah dipersulit. Segala hal sudah menjadi tidak wajar, tanggung jawab sudah tidak lagi dijalankan sebagaimana mestinya, tentunya penilaian suda tidak objektif.Ini hanya gambaran secara umum perlakuan yang saya peroleh setiap kali saya berhadapan dengan yang namanya "Kolusi". Selalu ada suap...oknumnya pun berbeda dengan beragam cara atau metode penyampaiannya. Herannya, saya tak habis pikir bagaimana dia mengalokasikan materi hasil dari "disuap" tersebut. Begitu teganya jika uang atau materi yg dia peroleh tersebut diberikan untuk penghidupan keluarganya. Apa bedanya dengan uang hasil judi atau hasil korupsi...?.
Jangan munafik, saya pikir tetap saja uang suap labelnya "haram" karena tidak seorangpun yang memberikannya dengan ikhlas. Namun saya akui kolusi adalah sebuah fenomena. Dan kolusi mutlak akan selalu menjadi bagian dalam interaksi lingkungan kerja. Namun saya berharap suatu saat fenomena ini akan berakhir seiring meningkatnya sumber daya manusia Indonesia. Mari kita mulai dari dalam diri kita sendiri untuk selalu berinisiatif kritis dan mengemukakan respon negatif terhadap kolusi dan atek-anteknya seperti korupsi dan nepotisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Web-Stat web traffic analysis