JANGAN MENIKAH KARENA...

JANGAN MENIKAH KARENA...



Sebelum beranjak ke tulisan saya coba bawakan beberapa kutipan penting tentang "Pernikahan".

“Laki-laki adalah pemimpin di tengah keluarganya, dan ia harus mempertanggung jawabkan kepemimpinannya. Wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan ia harus mempertanggung jawabkan kepemimpinannya.” [HR Bukhori dan Muslim]

“Yang paling baik diantara kamu adalah yang paling baik dan lembut terhadap keluarganya”. [HR Bukhari]

Rasulullah bersabda:
“Isteri yang terbaik adalah isteri yang, membahagiakanmu saat kamu memandangnya, yang mematuhimu kalau kamu menyuruhnya, dan memelihara kehormatan dirinya dan hartamu bila kamu tidak ada disisinya.”



Beberapa hari yang lalu saya sedang menata kembali inbox mail yahoo! saya, gak sengaja saya temukan sebuah email dari seorang teman tentang pernikahan. Email ini sudah saya baca...isinya inspiratif banget, jadi gak ada salahnya saya coba postingkan di blog ini, siapa tahu bisa bermanfaat buat teman-teman yang mungkin sedang memikirkan tentang "Pernikahan". Cuman sayangnya Eerra Syarif (sobat yang ngirim email ini red) gak nyantumin link source dimana artikel ini dia dapat, anyway...thanks banget buat Eerra atas emailnya, mungkin karena saya juga sedang memikirkan tentang pernikahan...jadi ngerasa pas aja momennya mosting tulisan ini, sekalian pengen dibagi juga buat teman-teman yang lain Hhehe...

>> Jangan menikah karena harta
Tidak ada gunanya hidup bergelimangan harta tanpa cinta. Harta dapat datang dan pergi setiap saat. "Cinta" yang sesat dan sesaat dapat diperoleh setiap saat, tapi cinta yang sejati tidak dapat dibeli dengan harta.

>> Jangan menikah karena perasaan asmara
Rasa tertarik, simpati, naksir, yang merupakan asmara yang sering disalahartikan sebagai cinta. Asmara itu bukan cinta. Asmara dapat cepat berubah oleh rupa, harta, tempat dan keadaan. Asmara itu buta, tidak tahan lama dan tidak tahan uji. Cinta perlu diuji dalam suka dan duka dengan mata terbuka.

>> Jangan menikah karena rupa saja
Kecantikan yang diluar memang indah, tapi dapat luntur termakan umur. Utamakanlah kecantikan yang di dalam.

>> Jangan menikah karena iba
Iba (rasa kasihan) memang baik dan harus ada dalam hidup kita, tapi tidak boleh menjadi dasar pernikahan. Kasihan dapat habis,tapi kasih tidak berkesudahan. Dasar pemikahan adalah kasih, bukan kasihan

>> Jangan menikah untuk kepuasan sex saja
Memang sex suci dan penting dalam hubungan suami-istri, namun tidak boleh menjadi tujuan utama dari pemikahan. Sex hanyalah salah satu bagian dari pernikahan. Orang yang hanya mengejar kenikmatan sex akan kecewa dan terjerat oleh kesusahan yang diciptakannya sendiri.

>> Jangan menikah karena paksaan keluarga
Seorang anak harus berbakti kepada keluarga, namun tidak boleh menyerah dalam hal nikah, kalau mereka memang salah dan anda benar. Berdoalah dan berikanlah penjelasan kepada mereka, jangan dengan kekerasan.

>> Jangan menikah karena desakan usia
Bila semakin bertambahnya usia dan rekan-rekan sudah berpasangan, orang akan mulai gelisah (terutama pada wanita). Banyak orang akhimya asal tabrak dan sikat." Hindarilah tindakan tersebut. Sabarlah dan yakinilah bahwa Tuhan sudah menyediakan yang terbaik untuk anda. Jangan takut kehabisan jatah dan kadaluarsa.

>> Jangan menikah untuk membalas jasa
Orang yang telah berbuat baik perlu dibalas, tapi jangan dengan pernikahan.

Salah satu hal lain yang tidak boleh dilupakan, dan merupakan yang terpenting adalah: "Jangan Menikah tanpa Pengertian dan Persiapan dengan Tindakan yang Nyata"

“Menikahlah Menurut Pola Rencana Allah. Daripada Salah Dan Mengundang Derita, Lebih Baik Menunggu Menikah. Jika tidak diteguhkan oleh Allah. Karena Allah yang menciptakan manusia sepasang-sepasang. Tanpa persetujuan Allah, tidak mungkin manusia dapat bersatu !”

Ketika pernikahan menjadi sebuah beban, pada saat seorang laki-laki berpikir tentang status profesi dan tingkat kemapanan adalah syarat mutlak melangkah ke tahap pernikahan, ketika dalam kondisi dia belum memperoleh itu sementara usia makin bertambah...bahkan pada saat seorang wanita berpikir tentang keputusan harus menikah ketika usia sudah melewati usia yang tepat untuk menikah, dengan alasan keturunan dan status sosial dlm masyarakat...sementara sosok pilihan belum ditemukan, atau sudah ditemukan namun pasangannya adalah seseorang yang memiliki prinsip kuat tentang syarat status profesi dan tingkat kemapanan diatas, maka akan terjadi satu benturan persepsi pernikahan yang sangat keras sehingga jalan kearah pernikahan itu menjadi semakin berat. Tulisan diatas mungkin bisa saja memberikan sebuah pencerahan untuk kita, bagaimana kita menentukan suatu pilihan tentang Pernikahan, karena Pernikahan bukanlah suatu keterpaksaan terhadap sebuah kondisi hidup...meskipun kita pernah melewati hubungan tersebut dengan kekecewaan dan kegagalan. ALLAH SWT sudah menjanjikan untuk kita dalam firmannya:

Allah berfirman:
“Diantara tanda-tanda keangungan Allah, ialah Dia ciptakan bagimu, dari jenis-jenismu sendiri, pasangan-pasangannya. Supaya kamu hidup tentram bersamanya, dan Allah jadikan bagimu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal itu ada tanda-tanda bagi orang-orang yang mau berfikir”. [QS 30 : 21]


Jadi, jangan pernah takut karena belum juga menemukan pasanganmu, jadilah pribadi yang berpikir...tetaplah mencari, terus dan teruslah mencari...kesabaran itu buahnya manis, dan yakinlah ALLAH SWT pasti akan mempertemukanmu dengan sosok yang terbaik dan tepat bagimu.

“Ya Allah, karuniakan kepada kami isteri dan keturunan yang menentramkan hati kami, dan jadikanlah kami penghulu orang-orang yang bertaqwa”

Ya Allah…
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan cinta hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru [di jalan]-Mu, dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu maka kuatkanlah ikatan pertaliannya.


Ya Allah…
Abadikan kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakal kepada-Mu, hidupkanlah dengan ma’rifat-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Amin. Dan semoga shalawat seta salam selalu tercurah kepada Mudammad SAW, kepada keluarganya dan kepada semua sahabatnya.


Ya Allah...
Tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang lebih Engkau anugerahi kenikmatan, bukan-nya jalan orang-orang yang Engkau timpai kemurkaan, bukan pula jalan orang-orang yang Engkau tenggelam dalam kesesatan. Sinarilah hati kami dengan cahaya petunjuk-Mu...


Ya Allah...
Terangilah jalan kami dengan sinar taufik-Mu. Kalau Engkau berkenan menganugerahkan nikmat-Mu atas kami, bantulah kami untuk banyak berdzikir dan bersyukur atas nikmat-Mu itu. Hindari kami dari orang-orang yang terlena dalam kemewahan dunia. Lembutkan hati kami untuk merasakan curahan rahmat-Mu...


Ya Allah…
Indahkanlah rumah kami dengan kalimat-kalimat-Mu yang suci. Suburkanlah kami dengan keturunan yang membesarkan asma-Mu. Penuhi kami dengan amal shaleh yang Engkau ridhai. Jadikan mereka Yaa…Allah teladan yang baik bagi manusia...


Ya Allah…
jika kami telah temukan pasangan kami, maka Damaikanlah pertengkaran di antara kami, pertautkan hati kami, dan tunjukkan kepada kami jalan-jalan keselamatan. Selamatkan kami dari kegelapan kepada cahaya. Jauhkan kami dari kejelekan yang tampak dan tersembunyi...


Ya Allah…
Berkatilah pendengaran kami, penglihatan kami, hati kami, suami/isteri kami, keturunan kami dan ampunilah kami.


Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Amiin…


Sebuah syair dari Kahlil Gibran berikut semoga bisa memaknai bahwa "Pernikahan itu Indah"

Bangun di fajar subuh dengan hati seringan awan...
Mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan...
Istirahat di terik siang merenungkan puncak getaran cinta...
Pulang di kala senja dengan syukur penuh di rongga dada...
Kemudian terlena dengan doa bagi yang tercinta dalam sanubari...
Dan sebuah nyanyian kesyukuran tersungging di bibir senyuman...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Web-Stat web traffic analysis