
Seorang bijaksana berusaha bernalar dengan orang orang dikedua jalan tersebut, menanyakan mengapa mereka tidak mengusut sebab-musababnya. Dalam keadaan begitu bingung untuk memahami yang dikatakannya sendiri, beberapa orang berucap,"Yang kami tahu, ada wabah di jalan sana."
Kabar burung ini pun menyebar bagai kobaran api sehingga orang-orang di jalan ini beranggapan orang-orang di jalan yang lain tertimpa bencana, demikian pula sebaliknya. Ketika ketenangan kembali terasa, masing-masing masyarakat memutuskan untuk pindah saja demi keselamatan. Demikianlah, akhirnya kedua jalan di kota itu sama sekali ditinggalkan penghuninya.
Kini, beberapa abad kemudian, kota itu masih ditinggalkan, tidak berapa jauh darinya terdapat dua buah desa. Masing-masing desa mempunyai kisahnya sendiri tentang mula-mula rakyatnya mengadakan perpindahan dari sebuah kota yang tertimpa bencana, beruntung bisa melarikan dari malapetaka tak dikenal, pada masa yang jauh lampau.
Catatan
Dalam ajaran kejiwaannya, para Sufi menyatakan bahwa penyampaian pengetahuan secara biasa mudah menyebabkan kekeliruan karena adanya penambahan atau pengurangan dan ingatan yang salah, karenanya pengetahuan semacam itu tidak bisa dipergunakan sebagai pengganti persepsi langsung atas kenyataan.
Kisah yang menggambarkan subyektivitas otak manusia ini dikutip dari buku pelajaran Asrar-i- Khilwatia 'Rahasia Para Pertapa,' karangan Syeh Qalandar Syah, anggota Kaum Suhrawardi,yang meninggal tahun 1832. Makamnya di Lahore, Pakistan.
K I S A H - K I S A H S U F I
Kumpulan kisah nasehat para guru sufi
selama seribu tahun yang lampau
oleh Idries Shah
Literatur : Books dan E-Books “Kisah-Kisah Sufi” by Heksa
Picture link : klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar